Kamis, 10 April 2014

Ke NWan Bagian IV (REKAM JEJAK TUAN GURU KIYAI HAJJI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID)

TUAN GURU KIYAI HAJJI
MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID

1.   Kelahiran, Keluarga dan Silsilah Keturunannya
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1324 H (1906 M). Nama kecil beliau Muhammad Syaggaf dan berganti nama menjadi Haji Muhammad Zainuddin setelah menunaikan ibadah haji. Yang mengganti adalah ayah beliau sendiri, yaitu Tuan Guru Haji Abdul Majid. Nama itu diambil dari nama seorang ulama’ besar, guru di Masjidil Haram, yang akhlaq dan kepribadiannya sangat menarik hati sang ayah, yaitu Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak.
Beliau adalah anak bungsu yang lahir dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Majid dengan Hajjah Halimatus Sa’diyah. Beliau bersaudara kandung lima orang, yaitu : Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah.
Ayahandanya yang terkenal dengan panggilan “Guru Mu’minah” itu adalah seorang muballig dan terkenal pemberani, pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah; sedangkan ibundanya terkenal sangat shaleh.
Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu, tidak mengherankan kalau ayah-bundanya memberikan perhatian khusus dan menumpahkan kecinta’an serta kasih sayang demikian besar kepada beliau. Ketika beliau melawat ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke tanah such. Ayahandanyalah yang mencarikan beliau guru, tempat beliau pertama kali belajar di Masjidil Haram, Bahkan ibundanya, Hajjah Halimatus Sa’diyah ikut mukim di tanah suci mengasuh dan mendampingi beliau sampai ibundanya yang tercinta ini berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu’alla Makkah.
Tentang silsilah keturunan beliau yang lengkap tidak dapat dikemukakan secara utuh, karena dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah orang tua beliau mengalami kebakaran. Namun yang jelas bahwa silsilah keturunan beliau adalah dari garis yang terpandang, yaitu dari keturunan Selaparang. Selaparang adalah nama Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok.
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid di dalam perkawinannya sulit sekali memperoleh keturunan, sehingga beliau pernah dianggap mandul, padahal beliau sendiri sangat menginginkan keturunan yang akan melanjutkan perjuangan beliau untuk mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah melalui organisasi Nahdlatul Wathan yang beliau dirikan. Beliau hanya dianugrahi dua orang anak dan keduanya putri, yaitu :
1.   Hajjah Siti Rauhun
2.   Hajjah Siti Raihanun
Karena hanya mempunyai dua anak itulah, beliau juga dipanggil dengan nama “Abu Rauhun wa Raihanun”.

2.   Pendidikannya
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, sebelum melanjutkan studinya ke tanah suci Makkah, beliau menamatkan pelajarannya di Sekolah Rakyat 4 tahun di Selong Lombok Timur pada tahun 1919 M, dan belajar agama Islam pada ayahandanya TGH Abdul Majid, TGH Syarafuddin Pancor dan TGH Abdullah bin Amaq Dulaji Kelayu Lombok Timur. Setelah berusia 17 tahun, yaitu pada tahun 1341 H/1923 M, berangkatlah beliau ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, memperdalam berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan Islam. Beliau berangkat bersama keluarga beliau, dan belajar di tanah suci selama 12 tahun.
Di kota suci Makkah Al Mukarramah, mula-mula beliau belajar di Masjidil Haram. Ayahandanya sangat efektif dalam mencari dan menentukan guru yang akan mengajar dan mendidik putra kesayangannya itu. Ayahandanya yakin bahwa guru adalah sumber ilmu dan kebenaran serta menjadi panutan bagi murid dalam pola berpikir dan berperilaku dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga ilmu dan didikan yang diperoleh murid berguna dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.

Di Masjidil Haram beliau belajar sangat tekun pada ulama’-ulama’ terkenal zaman itu.
Kernudian pada tahun 1928 beliau melanjutkan studinya di Madrasah Ash-Shaulatiyah yang pada saat itu dipimpim oleh Syaikh Salim Rahmatullah putra syaikh Rahmatullah, pendiri madrasah Ash-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama di tanah suci, dan telah banyak menghasilkan ulama’-ulama’ besar. Di Madrasah Ash-Shaulatiyah inilah, beliau belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam dengan sangat rajin dan tekun di bawah bimbingan ulama’-ulama’ terkemuka kota suci Makkah waktu itu.
Syaikh Zakaria Abdullah Bila, seorang ulama’ besar kota suci Makkah, bekas teman sekelas beliau mengatakan: “Saya teman seangkatan Syaikh Zainuddin. Saya bergaul dekat dengannya beberapa tahun. Saya sangat kagum kepadanya. Dia sangat cerdas, akhlaqnya mulia. Dia sangat tekun belajar, sampai-sampai jam keluar main pun diisinya dengan menekuni kitab pelajaran dan berdiskusi dengan kawan-kawannya”.

Karena ditunjang oleh kondisi ekonomi yang memadai, tingkat kecerdasan (IQ) yang sangat tinggi, ketekunan dalam belajar, garis silsilah keturunan yang terpandang, kasih sayang serta keikhlasan kedua orang tua dan doa restu dari para gurunya, maka beliau memperoleh prestasi yang sangat mengagumkan, sehingga berhasil dengan gemilang menyelesaikan studinya di Madrasah Ash-Shaulatiyah pada tahun 1352 H, dengan predikat sangat memuaskan. Kenyataan ini tertera dalam Ijazah beliau yang khusus ditulis tangan, berbeda dengan Ijazah yang diberikan kepada kawan-kawan beliau. Nilai beliau sangat memuaskan, dengan angka semua 10 (sepuluh) pada semua mata pelajaran yang beliau tempuh, disamping diberikan tanda bintang, sebagai penghargaan atas prestasi dan keberhasilannya yang mengagumkan itu.



Ijazah TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid yang ditulis tangan oleh Maulana Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath\
 

Keberhasilan beliau meraih prestasi yang tinggi ini pulalah yang menyebabkan beliau mendapat banyak pujian, baik dari mahagurunya sendiri maupun dari kawan-kawan yang seangkatan dengan beliau dan ulama’-ulama terkemuka lainnya.,
Pujian itu antara lain disampaikan oleh salah seorang mahagurunya, Al ‘Allamah Al Adib Asy-Syaikh As-Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi, mahaguru yang memberikan kasih sayang cukup besar kepada muridnya yang genius ini. Pujian tersebut diungkapkan dengan syair berbahasa Arab yang maksudnya :


اَلسَّيِّدُ مُحَمَّدُ أَمِيْنَ الْكُتْبِ
ِللهِ زَيْنُ الدِّيْنِ فِى فَضْلِهِ        فِى مَجْدِهِ السَّامِ وَفِيْ نُبْلِهِ
لَهُ يَدٌ بَيْضَاءُدَلَّتْ عَلَى            جَوْهَرَةِالْمَكْنُوْنِ فِى اَصْلِهِ
لَهُ تَاَلِّيْفٌ كَزَهْرِالرُّبَا              قَدْضَمَّتِ الشَّكْلَ اِلَى شَكْلِهِ
فِى سَاحَةِ الْعِلْمِ لَهُ مَعْهَدٌ          لاَيَبْرَحُ الطُّلاَّبُ فِى ظِلِّهِ
يَنْهَضُ بِالنَّشْءِاِلَى مُسْتَوَى      بِذَلِكَ الْمِعْرَاجِ مِنْ قَوْلِهِ
فَاللهُ يُـبْـقِـيْهِ وَيُعْلِى بِهِ            فِى اَنْفَنَانِ الْعِلْمَ فِى اَهْلِهِ
تَحِيَّةً كَالْمِسْكِ مَنْشُوْرَةً           مِنْ حَرَمِ الْكَوْنِ اِلَى حِلِّهِ
Demi Allah, saya kagum pada Zainuddin
kagum pada kelebihannya atas orang lain
pada kebesarannya yang tinggi
dan kecerdasannya yang tiada tertandingi

Jasanya semerbak-di mana-mana
menunjukkan satu-satunya permata
yang tersimpan pada moyangnya

Buah tangannya indah lagi menawan
penaka bunga-bungaan yang tumbuh
teratur di lereng pegunungan

Di halaman ilmunya berdiri Ma’had
Selalu dibanjiri Tullab dan Thalibat
Menuntut ilmu mengkaji kitab

Ia kobarkan semangat pemuda
Dengan karyanya setinggi Mustawa
Mikrojus Sibyan Ila Sama’il Ilmi Bayan

Semoga Alloh Memanjangkan usianya
Dan semoga pula dengan perantaraannya
Tersebar ilmu Tuhan dibumi selaparang
Terkirim untuknya salam penghormatan
Harum semerbak bagai kasturi
Dari Tanah Suci menuju Rinjani


Demikian pula pujian yang disampaikan oleh mahaguru nya yang lain, yaitu Al ‘Allamah Asy-Syaikh Salim Rahmatullah, mudir (direktur) Madrasah Ash-Shaulatiyah dengan ucapannya “Madrasah Ash-Shaulatiyah tidak perlu memiliki murid banyak, cukup satu orang saja, asalkan memiliki prestasi dan kualitas seperti Zainuddin”.


العلامة مريرالصولتية
سليم رحمة الله

Sedangkan pujian dari kawan sekelasnya diberikan oleh Syaikh Zakaria Abdullah Bila. Beliau mengatakan “Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, karibku, kawan Sekelasku. Saya belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam berprestasi, di kala saya dan dia bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah Ash-Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh menyadari akan hal ini. Syaikh Zainuddin adalah manusia ajaib di kelasku karena kegeniusannya yang sangat tinggi. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ dan mujahid (pejuang) agama, nusa dan bangsanya. Saya tahu, telah berapa banyak otak manusia diukirnya, telah berapa banyak kader penerus agama, nusa bangsa yang dihasilkannya. Saya tahu, dia adalah mukhlis (orang ikhlas) dalam berjuang menegak kan Iman dan taqwa di negerinya, rela berkorban, cita-citanya luhur. Dia memiliki kelebihan di kalangan teman-teman segenerasinya. Kelebihan yang dia miliki selain yang saya sebutkan tadi, yaitu dia selalu mendapat doa restu dari guru-guru kami, ulama’-ulama’ besar di tanah suci Makkah Al Mukarramah, utamanya Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath”.

العلامة العارف بالله
حسن محمد المشاط
Pujian Syaikh Zakaria Abdullah Bila seperti di atas, dikuatkan lagi oleh mahagurunya yang paling dicintai dan paling banyak memberikan doa dan inspirasi dalam perjuangannya, yaitu Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath. Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath mengatakan : “Ma da’autu illa wa asyraktu Zainuddin ma’I”, artinya : “Saya tidak akan berdoa ke hadlirat Allah s.w.t. kecuali kalau Zainuddin itu, sudah nampak jelas di depanku dan bersamaku”. Beliau juga mengatakan bahwa beliau mencintai setiap orang yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan tidak mencintai orang yang tidak cinta kepada beliau.
Syaikh Isma’il Zain Al Yamani, seorang ulama’ besar kota suci Makkah Al Mukarramah, sangat kagum kepada Syaikh Zainuddin, kagum kepada ketinggian ilmu dan keberhasilan perjuanan beliau. Dengan penuh keikhlasan ulama’ besar kota suci itu mengatakan bahwa beliau mencintai siapa saja yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan membenci siapa saja yang benci kepada beliau.
Fadlilatul ‘Allamah Prof. Dr. Sayyid Muhammad ‘Alawi ‘Abbas Al Maliki Al Makki, seorang ulama’ terkemuka kota suci Makkah pernah mengatakan bahwa tak ada seorang pun ahli ilmu di tanah suci Makkah Al Mukarramah baik thullab maupun ulama’ yang tidak kenal akan kehebatan dan ketinggian ilmu Syaikh Zainuddin. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ besar bukan hanya milik ummat Islam Indonesia tetapi juga milik ummat Islam sedunia.
Demikianlah pujian yang telah diberikan secara ikhlas dan jujur baik oleh kawan seperguruan beliau maupun muhaguru dan ulama-ulama lainnya Walillahil hamdu.

post by : NW Lombok Utara

2 komentar:

  1. Asslmkum,
    ustaz,kalo bsa di kronologi SMK AL-BAYAN NW juga di share geh,ada fb-nya.Di add sja ustaz!

    BalasHapus