TUAN GURU KIYAI
HAJJI
MUHAMMAD
ZAINUDDIN ABDUL MAJID
1. Kelahiran,
Keluarga dan Silsilah Keturunannya
Tuan Guru Kiai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok
Timur pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1324 H (1906 M). Nama kecil beliau Muhammad
Syaggaf dan berganti nama menjadi Haji Muhammad Zainuddin setelah menunaikan
ibadah haji. Yang mengganti adalah ayah beliau sendiri, yaitu Tuan Guru Haji
Abdul Majid. Nama itu diambil dari nama seorang ulama’ besar, guru di Masjidil
Haram, yang akhlaq dan kepribadiannya sangat menarik hati sang ayah, yaitu
Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak.
Beliau adalah
anak bungsu yang lahir dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Majid dengan Hajjah
Halimatus Sa’diyah. Beliau bersaudara kandung lima orang, yaitu : Siti
Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah.
Ayahandanya
yang terkenal dengan panggilan “Guru Mu’minah” itu adalah seorang muballig dan
terkenal pemberani, pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah; sedangkan
ibundanya terkenal sangat shaleh.
Sejak kecil
beliau terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu, tidak mengherankan kalau
ayah-bundanya memberikan perhatian khusus dan menumpahkan kecinta’an serta
kasih sayang demikian besar kepada beliau. Ketika beliau melawat ke tanah suci
Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke
tanah such. Ayahandanyalah yang mencarikan beliau guru, tempat beliau pertama
kali belajar di Masjidil Haram, Bahkan ibundanya, Hajjah Halimatus Sa’diyah
ikut mukim di tanah suci mengasuh dan mendampingi beliau sampai ibundanya yang
tercinta ini berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan
dimakamkan di Mu’alla Makkah.
Tentang
silsilah keturunan beliau yang lengkap tidak dapat dikemukakan secara utuh,
karena dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah
orang tua beliau mengalami kebakaran. Namun yang jelas bahwa silsilah keturunan
beliau adalah dari garis yang terpandang, yaitu dari keturunan Selaparang.
Selaparang adalah nama Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok.
Tuan Guru Kiai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid di dalam perkawinannya sulit sekali
memperoleh keturunan, sehingga beliau pernah dianggap mandul, padahal beliau
sendiri sangat menginginkan keturunan yang akan melanjutkan perjuangan beliau
untuk mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah
melalui organisasi Nahdlatul Wathan yang beliau dirikan. Beliau hanya
dianugrahi dua orang anak dan keduanya putri, yaitu :
1.
Hajjah Siti Rauhun
2.
Hajjah Siti Raihanun
Karena hanya
mempunyai dua anak itulah, beliau juga dipanggil dengan nama “Abu Rauhun wa
Raihanun”.
2. Pendidikannya
TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Majid, sebelum melanjutkan studinya ke tanah suci Makkah,
beliau menamatkan pelajarannya di Sekolah Rakyat 4 tahun di Selong Lombok Timur
pada tahun 1919 M, dan belajar agama Islam pada ayahandanya TGH Abdul Majid,
TGH Syarafuddin Pancor dan TGH Abdullah bin Amaq Dulaji Kelayu Lombok Timur.
Setelah berusia 17 tahun, yaitu pada tahun 1341 H/1923 M, berangkatlah beliau
ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, memperdalam
berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan Islam. Beliau berangkat bersama
keluarga beliau, dan belajar di tanah suci selama 12 tahun.
Di kota suci
Makkah Al Mukarramah, mula-mula beliau belajar di Masjidil Haram. Ayahandanya
sangat efektif dalam mencari dan menentukan guru yang akan mengajar dan
mendidik putra kesayangannya itu. Ayahandanya yakin bahwa guru adalah sumber
ilmu dan kebenaran serta menjadi panutan bagi murid dalam pola berpikir dan
berperilaku dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga ilmu dan didikan yang
diperoleh murid berguna dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di
akhirat.
Di Masjidil
Haram beliau belajar sangat tekun pada ulama’-ulama’ terkenal zaman itu.
Kernudian pada
tahun 1928 beliau melanjutkan studinya di Madrasah Ash-Shaulatiyah yang pada
saat itu dipimpim oleh Syaikh Salim Rahmatullah putra syaikh Rahmatullah,
pendiri madrasah Ash-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama di tanah
suci, dan telah banyak menghasilkan ulama’-ulama’ besar. Di Madrasah
Ash-Shaulatiyah inilah, beliau belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam
dengan sangat rajin dan tekun di bawah bimbingan ulama’-ulama’ terkemuka kota
suci Makkah waktu itu.
Syaikh Zakaria
Abdullah Bila, seorang ulama’ besar kota suci Makkah, bekas teman sekelas
beliau mengatakan: “Saya teman seangkatan Syaikh Zainuddin. Saya bergaul dekat
dengannya beberapa tahun. Saya sangat kagum kepadanya. Dia sangat cerdas,
akhlaqnya mulia. Dia sangat tekun belajar, sampai-sampai jam keluar main pun
diisinya dengan menekuni kitab pelajaran dan berdiskusi dengan kawan-kawannya”.
Karena
ditunjang oleh kondisi ekonomi yang memadai, tingkat kecerdasan (IQ) yang
sangat tinggi, ketekunan dalam belajar, garis silsilah keturunan yang
terpandang, kasih sayang serta keikhlasan kedua orang tua dan doa restu dari
para gurunya, maka beliau memperoleh prestasi yang sangat mengagumkan, sehingga
berhasil dengan gemilang menyelesaikan studinya di Madrasah Ash-Shaulatiyah
pada tahun 1352 H, dengan predikat sangat memuaskan. Kenyataan ini tertera
dalam Ijazah beliau yang khusus ditulis tangan, berbeda dengan Ijazah yang
diberikan kepada kawan-kawan beliau. Nilai beliau sangat memuaskan, dengan angka
semua 10 (sepuluh) pada semua mata pelajaran yang beliau tempuh, disamping
diberikan tanda bintang, sebagai penghargaan atas prestasi dan keberhasilannya
yang mengagumkan itu.
Ijazah TGKH.
M. Zainuddin Abdul Majid yang ditulis tangan oleh Maulana Syaikh Hasan Muhammad
Al Masysyath\
Keberhasilan
beliau meraih prestasi yang tinggi ini pulalah yang menyebabkan beliau mendapat
banyak pujian, baik dari mahagurunya sendiri maupun dari kawan-kawan yang
seangkatan dengan beliau dan ulama’-ulama terkemuka lainnya.,
Pujian itu
antara lain disampaikan oleh salah seorang mahagurunya, Al ‘Allamah Al Adib
Asy-Syaikh As-Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi, mahaguru yang memberikan kasih
sayang cukup besar kepada muridnya yang genius ini. Pujian tersebut diungkapkan
dengan syair berbahasa Arab yang maksudnya :
اَلسَّيِّدُ مُحَمَّدُ أَمِيْنَ الْكُتْبِ
ِللهِ زَيْنُ الدِّيْنِ فِى فَضْلِهِ فِى
مَجْدِهِ السَّامِ وَفِيْ نُبْلِهِ
لَهُ يَدٌ بَيْضَاءُدَلَّتْ عَلَى جَوْهَرَةِالْمَكْنُوْنِ
فِى اَصْلِهِ
لَهُ تَاَلِّيْفٌ كَزَهْرِالرُّبَا قَدْضَمَّتِ
الشَّكْلَ اِلَى شَكْلِهِ
فِى سَاحَةِ الْعِلْمِ لَهُ مَعْهَدٌ لاَيَبْرَحُ
الطُّلاَّبُ فِى ظِلِّهِ
يَنْهَضُ بِالنَّشْءِاِلَى مُسْتَوَى بِذَلِكَ
الْمِعْرَاجِ مِنْ قَوْلِهِ
فَاللهُ يُـبْـقِـيْهِ وَيُعْلِى بِهِ فِى
اَنْفَنَانِ الْعِلْمَ فِى اَهْلِهِ
تَحِيَّةً كَالْمِسْكِ مَنْشُوْرَةً مِنْ
حَرَمِ الْكَوْنِ اِلَى حِلِّهِ
Demi
Allah, saya kagum pada Zainuddin
kagum
pada kelebihannya atas orang lain
pada
kebesarannya yang tinggi
dan
kecerdasannya yang tiada tertandingi
Jasanya
semerbak-di mana-mana
menunjukkan
satu-satunya permata
yang
tersimpan pada moyangnya
Buah
tangannya indah lagi menawan
penaka
bunga-bungaan yang tumbuh
teratur
di lereng pegunungan
Di
halaman ilmunya berdiri Ma’had
Selalu
dibanjiri Tullab dan Thalibat
Menuntut
ilmu mengkaji kitab
Ia
kobarkan semangat pemuda
Dengan
karyanya setinggi Mustawa
Mikrojus
Sibyan Ila Sama’il Ilmi Bayan
Semoga
Alloh Memanjangkan usianya
Dan
semoga pula dengan perantaraannya
Tersebar
ilmu Tuhan dibumi selaparang
Terkirim
untuknya salam penghormatan
Harum
semerbak bagai kasturi
Dari
Tanah Suci menuju Rinjani
Demikian pula
pujian yang disampaikan oleh mahaguru nya yang lain, yaitu Al ‘Allamah
Asy-Syaikh Salim Rahmatullah, mudir (direktur) Madrasah Ash-Shaulatiyah dengan
ucapannya “Madrasah Ash-Shaulatiyah tidak perlu memiliki murid banyak, cukup
satu orang saja, asalkan memiliki prestasi dan kualitas seperti Zainuddin”.
العلامة مريرالصولتية
سليم رحمة الله
Sedangkan
pujian dari kawan sekelasnya diberikan oleh Syaikh Zakaria Abdullah Bila.
Beliau mengatakan “Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, karibku, kawan Sekelasku.
Saya belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam
berprestasi, di kala saya dan dia bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah
Ash-Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh menyadari akan hal ini. Syaikh Zainuddin
adalah manusia ajaib di kelasku karena kegeniusannya yang sangat tinggi. Syaikh
Zainuddin adalah ulama’ dan mujahid (pejuang) agama, nusa dan bangsanya. Saya
tahu, telah berapa banyak otak manusia diukirnya, telah berapa banyak kader
penerus agama, nusa bangsa yang dihasilkannya. Saya tahu, dia adalah mukhlis
(orang ikhlas) dalam berjuang menegak kan Iman dan taqwa di negerinya, rela
berkorban, cita-citanya luhur. Dia memiliki kelebihan di kalangan teman-teman
segenerasinya. Kelebihan yang dia miliki selain yang saya sebutkan tadi, yaitu
dia selalu mendapat doa restu dari guru-guru kami, ulama’-ulama’ besar di tanah
suci Makkah Al Mukarramah, utamanya Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al
Masysyath”.
العلامة العارف بالله
حسن محمد المشاط
Pujian Syaikh
Zakaria Abdullah Bila seperti di atas, dikuatkan lagi oleh mahagurunya yang
paling dicintai dan paling banyak memberikan doa dan inspirasi dalam
perjuangannya, yaitu Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath. Maulanasy
Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath mengatakan : “Ma da’autu illa wa asyraktu
Zainuddin ma’I”, artinya : “Saya tidak akan berdoa ke hadlirat Allah s.w.t.
kecuali kalau Zainuddin itu, sudah nampak jelas di depanku dan bersamaku”.
Beliau juga mengatakan bahwa beliau mencintai setiap orang yang cinta kepada
Syaikh Zainuddin dan tidak mencintai orang yang tidak cinta kepada beliau.
Syaikh Isma’il
Zain Al Yamani, seorang ulama’ besar kota suci Makkah Al Mukarramah, sangat
kagum kepada Syaikh Zainuddin, kagum kepada ketinggian ilmu dan keberhasilan
perjuanan beliau. Dengan penuh keikhlasan ulama’ besar kota suci itu mengatakan
bahwa beliau mencintai siapa saja yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan
membenci siapa saja yang benci kepada beliau.
Fadlilatul
‘Allamah Prof. Dr. Sayyid Muhammad ‘Alawi ‘Abbas Al Maliki Al Makki, seorang
ulama’ terkemuka kota suci Makkah pernah mengatakan bahwa tak ada seorang pun
ahli ilmu di tanah suci Makkah Al Mukarramah baik thullab maupun ulama’ yang
tidak kenal akan kehebatan dan ketinggian ilmu Syaikh Zainuddin. Syaikh
Zainuddin adalah ulama’ besar bukan hanya milik ummat Islam Indonesia tetapi
juga milik ummat Islam sedunia.
Demikianlah
pujian yang telah diberikan secara ikhlas dan jujur baik oleh kawan seperguruan
beliau maupun muhaguru dan ulama-ulama lainnya Walillahil hamdu.
post by : NW Lombok Utara
Asslmkum,
BalasHapusustaz,kalo bsa di kronologi SMK AL-BAYAN NW juga di share geh,ada fb-nya.Di add sja ustaz!
enggh..
Hapus